oleh

Nasehat Indah yang Menina Bobokan

Iklan Travel

TribunAsia.com

Oleh : Hanum Rais

IKLAN-TA-CALEG

“Sebaiknya ustadz Abdul Somad tetap berdakwah saja. Menjadi suluh dalam gelapnya ruangan.

Menjadi setetes embun dalam sahara. Kita memerlukan itu.”

Nasehat demikian memang terdengar indah elegan dan mulia. Saya pun mengiyakan.

Namun kemudian, saya teringat _*Snouck Horgrounje*_ seorang Belanda di jaman Hindia Belanda yg belajar agama Islam dan kemudian dikenal sebagai mata-mata kolonial.

Ia pernah menasehati para ulama, masy adat Aceh saat itu, untuk meningkatkan ketakwaan umat serta selalu mengingatkan umat pada kematian, masjid-masjid perlu didirikan dekat makam.

Terdengar mulia. Serentak membuahkan anggukan

Sungguh target Horgronje bukan itu. Melainkan sesungguhnya ia memiliki visi menjauhkan masyarakat dari masjid, karena orang-orang jadi takut ke masjid , terutama para pemudanya.

Horgronje tahu benar, masjid dan para pengunjungnya adalah kekuatan yang membahayakan bagi rejim kolonial saat itu.

Seruan banyak pihak agar UAS berdakwah saja dan jangan bermain politik seakan terdengar seperti seruan membuai Horgronje saat itu.

Di saat yang begitu krusial sekarang ini, marilah kita berdoa semoga sang suluh selama ini berkenan berubah menjadi mentari.

Setetes embun di sahara bersedia menjelma jadi telaga mata air yang menyejukkan bagi bumi.

Sekuat-kuatnya dakwah adalah dengan quwwah, kedua baru lisan dan terakhir dan terlemah dengan qalbu.

Jika terbuka lebar kesempatan berdakwah dengan sekuat-kuatnya cara _yakni kekuasaan mengapa berhenti di lisan ?

Marilah kita berbondong-bondong meyakinkan @ustadzabdulsomad bahwa dirinya diperlukan oleh bangsa, tidak hanya sebagai guru, pendidik, namun pemimpin bangsa.

Tarikh menorehkan cerita, Abu Bakar maupun Umar bin Khattab juga sebelumnya menolak jabatan yang diberikan pada mereka hingga mereka akhirnya menjadi umara panutan.

Keulamaan dan kepemimpinan bersanding manis dalam era tersebut.

Sejatinya politik dan agama memang sebuah kesatuan.

Rasulullah pun telah menjadikan dirinya teladan sebagai pemimpin dan ulama terbaik sepanjang masa.

Kesempatan tidak akan datang berulang. Kehadiran UAS di tengah bangsa ini boleh jadi adalah kesempatan yang Allah berikan untuk kita.

Mudah-mudahan Allah mengijabahi lewat dukungan seluruh elemen bangsa dan umat di Indonesia

Wallahu a’lam biss-shhawaab.

Iklan HUT RI Ponpes Al-Khafilah

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.